Lensa Darbi

Friday, May 18, 2007

Tensofales


Tidak peduli seberapa berbakatnya orang, tidak peduli seberapa kompetennya orang, tidak peduli seberapa unggulnya sebuah produk, keberhasilan sulit diraih tanpa keterampilan berkomunikasi.
Tidak diragukan lagi, Rasulullah SAW adalah komunikator terbaik yang ada. Bayangkan, Rasul mampu mempengaruhi jutaan orang hingga 15 abad setelah wafatnya. Kata-kata beliau sangat efektif, menyentuh, mengubah, serta diungkapkan dalam bahasa yang ringan, padat dan jelas.
Ada satu kisah terkenal. Suatu ketika datanglah seorang pemuda untuk masuk Islam. Namun, di sela-sela keinginan tersebut, ia meminta agar Rasulullah SAW tetap mengizinkannya untuk berzina. Marahkan Rasul? Ternyata tidak. Dengan bijak, beliau mengajak pemuda itu dialog.
Wahai anak muda, mendekatlah!” ujar Rasul. Pemuda itu kemudian mendekat. Kemudian beliau bersabda, “Duduklah!” Maka pemuda itu pun duduk.
Sukakah kalau itu terjadi pada ibumu?Dia menjawab, Tidak. Demi Allah Demikian pula manusia seluruhnya tidak suka zina itu terjadi pada ibu-ibu mereka;.
Beliau bertanya lagi, Sukakah kalau itu terjadi pada anak perempuanmu?Pemuda itu menjawab seperti tadi. Demikian selanjutnya Beliau bertanya jika itu terjadi pada saudara perempuan dan bibinya.
Rasulullah SAW meletakkan tangannya yang mulia di atas bahu pemuda itu sambil berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati pemuda ini. Ampunkanlah dosanya dan peliharakanlah dia dari melakukan zina Sejak peristiwa itu, tidak ada perbuatan yang paling dibenci oleh pemuda itu selain zina.
Rasulullah SAW mampu menaklukkan lawan bicara tanpa menyakiti. Beliau tetap hormat dan menghargai sang pemuda, walau permintaannya kurang etis. Beliau mampu berempati, sehingga tidak terucap kata-kata menyalahkan. Pesan yang disampaikan pun sangat mudah dimengerti.
Mengapa beliau mampu menjadi seorang komunikator terbaik? Setidaknya ada tiga rahasia kesuksesan komunikasi beliau.


Pertama:

Rasul memiliki gaya bicara yang menawan. Gaya bicara Rasul terangkum dalam rumus TENSOFALES. Bicaranyatenang, sopan, fasih, apik, lemah lembut dan secukupnya. Kesempurnaan gaya bicara Rasul sangat dipengaruhi kecerdasan beliau sebagai utusan Allah (fathanah).
Mengapa harus tensofales? Setiap utusan Allah harus siap adu argumen dengan para penentangnya. Harus menjawab pertanyaan-pertanyaan umatnya. Serta harus menghadapi pemikiran dan pelecehan orang-orang munafik. Karena itu, kecerdasan, kekuatan argumen, serta kefasihan beliau harus mengungguli kaum yang didakwahinya. Jika tidak, semua yang disampaikan akan mudah dipatahkan dan diingkari.
Beliau pun diutus pada masyarakat yang memiliki latar belakang ilmu, status sosial, dan spesialisasi berbeda. Ada tokoh agama, politikus, pedagang, orang kaya, fakir miskin, preman, budak, dsb. Semuanya harus diberi argumen agar bisa menerima Islam. Allah SWT berfirman, (Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul itu. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS An Nisaa' [4]: 165).

Kedua:

Isi (content) komunikasi beliau terjamin kebenarannya. Secerdas dan sefasih apa pun orang, tidak akan bertahan lama jika yang diungkapkannya tidak BAL. Yaitu benar, akurat dan lengkap. Ajaran beliau terjamin kebenarannya, tidak berbelit-belit dan rancu, universal serta memenuhi standar kesempurnaan. Setiap ajaran yang tidak sempurna, argumennya pasti akan kabur, lemah, mentah dan mudah dipatahkan. Karena itu, ajaran beliau bisa diterima semua kalangan, masuk akal, menenangkan, dan tidak dibuat-buat. Ada cerdik pandai yang berusaha mencari-cari kelemahan ajaran Rasulullah SAW, namun tak satu pun yang berhasil menemukannya.

Ketiga:

Rasul memiliki kredibilitas. Beliau adalah orang tepercaya (Al 'Amin). Pemuda itu berani meminta izin untuk berzina, karena ia percaya bahwa Rasul adalah sosok yang jujur dan bisa memberikan solusi. Tidak mungkin ada jalinan komunikasi efektif bila orang tidak lagi saling percaya. Beliau pun tidak pernah menganjurkan sesuatu, kecuali telah mengamalkannya terlebih dahulu.

Keempat:

Rasul bicara dengan melibatkan hati. Semua perkataan Rasul keluar dari hati yang bersih (qalbun saliim). Hati penuh kasih sayang, kedamaian, dan bersih dari penyakit. Karena itu, kata-katanya memiliki “ruh” sehingga mampu melembutkan hati sekeras batu. Kepintaran dan gaya bicara yang menawan hanya akan menyentuh akal. Hati hanya bisa disentuh dengan untaian kata yang keluar dari hati pula. “Bersihkan dengan segala apa yang kamu bisa, karena Allah telah mendirikan Islam ini di atas kebersihan, dan tidak akan masuk surga melainkan orang-orang yang bersih,” demikian pesan beliau. Wallaahu a'lam. ( KH Abdullah Gymnastiar )

No comments: