Lensa Darbi

Friday, May 25, 2007

Kekerasan Berbahaya Bagi Otak Anak

REPUBLIKA » Ayah Bunda
Minggu, 20 Mei 2007 17:18:00
Kita tidak hidup dalam dunia yang tenteram dan damai. Setiap hari anak kita terpapar pada kekerasan fisik, psikologis, verbal, dan sosial. Berita di televisi menampilkan warga Irak dan Palestina yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai, anak-anak yang dianiaya, diperkosa. Surat kabar menyajikan tawuran, aksi penembakan di kampus. Belum lagi film dan video game.
''Kekerasan dilakukan oleh orang yang kejam, yang merasa tak punya hubungan dengan manusia lain,'' kata pakar saraf Arlene F Harder dalam How You Can Shape Your Child's Brain and Change the World. ''Mereka tak merasa bersalah atas tindakan jahat mereka.'' Lalu, bagaimana pengaruh kekerasan yang terpapar dalam kehidupan sehari-hari itu terhadap otak anak kita? Yang pertama, ungkap Harder, kekerasan menciptakan stres yang menyebabkan pelepasan kortisol, hormon steroid yang membantu menekan sistem imun dan memperlambat pertumbuhan fisik. Jadi, pelepasan kortisol diasosiasikan dengan stres. Pelepasan kortisol juga ditunjukkan dengan perubahan pada aktivitas otak dan struktur otak sendiri.
Nah, bagian yang paling mendapat efek cedera dalam pertumbuhan otak adalah kerusakan pada hippocampus dan prefrontal cortex. ''Akibatnya, kemampuan otak untuk belajar dan mengingat akan terhambat,'' jelas pakar dari Amerika Serikat ini. ''Kemampuan anak untuk menafsirkan dan merespons situasi sosial secara akurat pun akan terhambat pula.'' Jadi, jika Anda ingin memberikan otak yang sehat bagi buah hati, kurangilah hingga minimum paparan kekerasan padanya. Hindari pertengkaran antara suami-istri di depan anak,'demi kesehatan mereka'.
Seorang anak yang dibesarkan pada keluarga yang selalu mengalami konflik akan memberikan model mental tentang dunia sebagai tempat yang tidak aman. Baginya, saling menyayangi bukan suatu prioritas. Anak seperti itu, kata Harder, akan memegang prinsip "urusilah urusanmu sendiri karena tak ada orang lain yang peduli". Karena itu, jika Ayah Bunda ingin membantu menciptakan masa depan anak yang berarti, kedamaian dan stabilitas harus menjadi prioritas. Kedamaian di hati dan kedamaian di rumah. poy( )

No comments: