Lensa Darbi

Thursday, December 27, 2007

Mengembalikan Fungsi Run dan Find, dan Folder Options

Mengembalikan Fungsi Run dan Find, dan Folder Options
dari Mansur _ The Jakers – Kamis Pagi

Untuk memulai pekerjaan anda, sebaiknya sediakan 2 gelas kopi hangat, plus 2 roti gambang tuk teman anda meluangkan waktu di sebelah computer anda, dan minta seseorang untuk membelikan anda nasi + lauk, karena anda pasti lapar nanti siang, (gak dapat makan siang kali… halah…bandit (sensor)….) siap praktekan ini. Oke.

Virus dalam melindungi dirinya dari kemungkinan dihapus melalui regedit selalu menghilangkan fungsi (tombol) Run, Find dari system windows. Selain itu virus juga menghapus fungsi Folder Options dari menu Tools pada Windows Explorer (My Computer).
Namun anda bisa dengan mudah mengembalikan fungsi-fungsi tersebut di atas.
Apa yang anda butuhkan ?
1. Install Antivirus AVG Free Edition terbaru, alasan pemilihan antivirus ini karena gratis (tidak perlu bajakan), bisa diinstall walaupun Brontok aktif di memory, dan hemat penggunaan resource memory.
2. Lakukan scanning untuk membunuh virus.
3. Hapus fungsi disable regedit dengan program Hijackthis (lihat panduan saya pada forum Mengembalikan fungsi regedit).

Setelah hal itu anda lakukan, kemudian kita masuki tahapan pengembalian fungsi run, find, dan folder options.
1. Aktifkan regedit melalui command prompt (ketikkan regedit lalu enter)
2. Lakukan pencarian (Ctrl+F) untuk string "norun" tanpa tanda kutip dari regedit.

3. Anda akan menemukan text norun, dan nofind di jendela sebelah kanan regedit.

4. Double click text norun dan nofind tersebut.
5. Lalu pada Value data ganti angka 1 menjadi 0. Klik Ok

6. Tekan tombol F3 untuk mencari lagi. bila ketemu lakukan langkah 5.
7. Untuk mengembalikan folder options, cari text nofolder.
8. Setelah beres, restart windows anda. Beres.

Tuesday, December 18, 2007

Guru Bersemangat Nutrisari




"Selamat kepada bu. Hesty Sariwijiaty sebagai guru bersemangat versi Nutri Sari"

Semoga Dapat menjadi guru teladan baik di lingkungan sekolah Darul Abidin, maupun di Indonesia. dan menjadi pelajaran berharga bagi peserta didik maupun rekan - rekan lainnya. Amiin.

Friday, December 14, 2007

Selamatkan Bumi Kita!



Pameo yang diyakini oleh kalangan masyarakat adalah bumi dan segala kekayaannya merupakan warisan nenek moyang, sehingga bisa dieksploitasi habis-habisan untuk alasan bisnis ataupun pemenuhan kebutuhan perut manusia. Padahal bukan demikian, justru bumi dan segala sumber dayanya merupakan titipan anak cucu kita, yang harus kita jaga kelestariannya.

Praktek bisnis yang mengharuskan bumi ‘diperkosa’ dan ‘dijarah’ dengan semena-mena oleh modal-modal besar. Lalu dilupakan begitu saja kala semua sumber daya di keruk habis. Para pengguna sumber daya tersebut sering lupa untuk mengembalikan kelestarian alam. Alasan himpitan ekonomi pun lagi-lagi dijadikan kambing hitam yang dikorbankan bagi alasan perusakan tanah, hutan dan laut.

Perilaku sehari-hari masyarakat harus segera ditertibkan. Penggunaan berbagai sumber daya alam yang ada hendaknya dilakukan dengan cara yang bijaksana, dalam artian sesuai dengan kebutuhan serta mempertimbangkan aspek keberlanjutan manfaat.

Penambangan batu yang mengeruk habis bukit-bukit kecil di kaki gunung, tanpa pernah sadar bahwa itupun sedang menciptakan lubang kuburan bagi penduduk sekitar. Pihak pemerintah pun sebenarnya bukan tidak mengetahui permasalahan ini, karena mereka pula yang mengeluarkan ijin bahan gaian tersebut. Namun dalam prakteknya penyimpangan terjadi dengan sangat mengerikan. Begitu selesai diambil, kemudian ditinggalkan begitu saja. Silahkan lihat di kaki-kaki wilayah gunung jawa tengah, begitu banyak lubang-lubang lambang kerusakan lingkungan yang sangat parah.

Penggundulan hutan yang tidak mengikuti kaidah, menjadikan erosi dan kepunahan satwa menjadi momok serius bagi kelestarian lingkungan. Mengeksploitasi hutan bukan tak ada aturan, setumpuk peraturan perundang-undangan dibuat hanyaditujukan untuk emnciptakan peluang baru bagi penggundulan hutan yang lebih (tampak) legal. Bahkan sudah menjadi rahasia umum, apabila taman nasional pusat konservasi pun menyediakan lahan berburu binatang-binatang di hutan. Semua ini bisa diatur. Ada uang yang berdatangan, maka produk hukum pun bisa disesuaikan.

Lain cerita kalau bumi sudah benar-benar hancur. Semuanya habis dan kita hanya bisa mengharap minyak bumi tumpah dari langit, mengharap kayu datang berbalok-balok dari langit. Baru ketika peristiwa itu benar-benar terjadi, kita akan menyesal dan menyesali tindakan buas kita saat ini.

Konser Peduli Lingkungan

Sementara di Nusa Dua Bali, diadakan KTT Perubahan Iklim Dunia, Penyanyi legendaris Iwan Fals berusaha untuk menggugah hati setiap warga untuk tidak semakin memperparah kerusakan lingkungan dan sekaligus kampanye penanaman pohon dan Keselamatan Bumi.

Ajakan menjaga bumi tersebut diwujudkannya lewat sebuah konser mini yang digelar di rumahnya, di Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/12) sore. ''Ini bentuk keikutsertaan saya secara pribadi dalam kampanye perubahan iklim. Semoga penanaman pohon ini kelak turut menyumbangkan oksigen, setidaknya bagi masyarakat di sekitar sini,'' katanya beberapa saat sebelum naik panggung.

Iwan yang sore itu tampil santai dengan kaos warna biru laut dipadu kain sarung polos warna biru tua, duduk di kursi sambil menggendong gitarnya. Ia tampil bersama iringan band dan ditonton sekitar 400 penggemarnya yang disebut kelompok OI (Orang Indonesia). Konser di ruang terbuka ini dimulai pukul 15.30 WIB dengan lagu pembuka bertajuk sama dengan judul konsernya Ini Bukan Mimpi. Ratusan penonton langsung menyerbu depan panggung dan ikut bernyanyi.

''Ini adalah lagu yang terinspirasi kejadian tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 lalu,'' katanya menjelaskan asal penciptaan lagu Ini Bukan Mimpi. Dalam konser itu, penyanyi balada yang bernama lahir Virgiawan Listanto ini melantunkan 14 tembang yang sebagian besar bertema tentang alam, penghijauan, dan beberapa bertema sosial, ekonomi, hingga politik.

''Pulang bawa pohon satu per satu ya, tanamlah jangan sampai mati. Karena pohon juga sumber kehidupan dan masa depan kita,'' ujarnya pada penonton. ''Persoalan bumi adalah persoalan kita bersama, jadi harus kita selesaikan bersama-sama. Semoga pulang dari sini bisa memberi inspirasi bagi kalian semua untuk berbuat lebih baik bagi bumi kita'' papar pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961 ini. ant/kho



….. caring today, for a better tommorow.


Artikel terkait : klik disini dan disini

Friday, December 07, 2007

Selamatkan Bosscha!! Mau???


SDIT DARUL ABIDIN, khususnya kelas 5 telah melaksanakan pengamatannya di Observatorium Bosscha, Bandung. Sayang mereka tak dapat jadwal malam hari yang dapat langsung mempraktekan bagaimana cara memakai teropong bintang Zeiss itu. Kita harus bersahabat dengan alam guna melindungi dan menyelamatkan lingkungan di sekitar Bosscha (itulah seruan yang ingin kita lantangkan kesemua orang, khususnya generasi muda). Ranting dan pohon berseru, selamatkan Bosscha!" ujar salah seorang siswa SDIT Darul Abidin. Saat ditanya apa pentingnya menyelamatkan lingkungan, mereka menjawab, untuk menghindari bencana alam. Selain itu, untuk menyelamatkan Bosccha agar bisa digunakan untuk peneropongan.
Bosscha merupakan observatorium untuk penelitian astronomi yang terletak di kawasan Lembang, Kab. Bandung. Nama Bosscha diambil dari pendirinya, K.A. R. Bosscha, warga Belanda. Saat ini terdapat lima teropong, yaitu Zeiss, Bambergh, Schmidt, Goto, dan Unitron. Bosccha didirikan 1 Januari 1923.
Namun, fenomena kehidupan manusia saat ini mengancam kelangsungan Bosscha sebagai observatorium terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sejak 1980, pembangunan di kawasan ini sudah tidak sesuai dengan arahan kebijakan tata ruang. Maka, secara tidak langsung mengganggu kegiatan peneropongan.
Pakar astronomi dari Observatorium Bosscha, Dr. Taufiq Hidayat, mengatakan, keredupan langit sulit didapat karena adanya polusi cahaya dari bangunan di sekitar Bosscha. "Langit tidak hanya terlihat polusi cahaya, tapi juga polusi udara. Akibatnya, cakupan objek redup semakin berkurang," ujarnya.
**
SAAT ini, keredupan cahaya hanya berkisar 10-11 magnitude, dan paling tinggi 13 magnitude sebagai kondisi efeksioner yang jarang terjadi. Pada awal 1980, tingkat keredupan masih ditemui sampai 17 magnitude.
Untuk itu, satu draf disusun oleh Departemen PU, Pemprov Jabar, beserta daerah terkait dan dibantu perguruan tinggi untuk membuat regulasi mengenai zonasi di kawasan tersebut. "Zoning regulation dibuat untuk menerapkan aturan baku untuk kawasan tertentu. Kami mengusulkan bentuknya ditetapkan sebagai peraturan presiden, sehingga Bosscha merupakan pilot project untuk aturan zonasi," tutur Taufiq.
Secara teknis, zonasi di antaranya mengatur kerapatan bangunan. Idealnya, 2,5 km di sekitar Bosscha bebas dari bangunan lain.
"Dengan luas inti Bosscha 8,6 hektare, minimal satu kilometer pertama dibebaskan dari bangunan. Lalu, jenis penataan cahaya yang diterapkan di kawasan itu juga harus diatur," ucapnya. Ditambahkan pula, penanaman pohon perlu digalakkan untuk menyerap polusi udara sehingga didapat keredupan langit yang ideal untuk peneropongan benda langit.
Senada dengan Taufiq, pakar perencanaan dan perancangan kota Denny Zulkaidi menyatakan, zonasi diperlukan untuk menegaskan perlindungan terhadap Bosscha sebagai fungsi penelitian dan konservasi alam. "Selain itu, perlu juga dibuat design guideline untuk memberi panduan bangunan penataan ruangnya," ujar dia.
Ada yang menarik dari isi buku "Selamatkan Bosscha!". Seorang siswa SDIT, Amanda Nurviyan, menuturkan, kalau tempat peneropongan benda langit tak ada, benda langit akan jatuh di Indonesia dan kita tidak tahu tempatnya, di mana? Apakah penduduk akan terluka parah? Jadi, kalau Bosscha tetap dipelihara beserta lingkungannya, maka kita dapat mengetahui benda langit dan fenomena astronomi yang terjadi.
Pada bagian akhir, siswa itu berharap, dengan penemuan astronomi yang meningkat, akan ada astronot dari Indonesia yang mendatangi bulan. Jika Bosscha dapat diselamatkan, itu pun bisa menjadi harapan bagi Indonesia. (lensadarbi.blogspot.com)***

Thursday, December 06, 2007

Masak Yuk?? Mau!!



lensadarbi.blogspot.com

Hari Jum'at tepatnya tanggal 30 November 2007, suasana kelas 6 Makkah dan 6 Madinah seketika berubah seperti halnya dapur umum korban bencana alam.... heh...he...he...

Mereka sangat semangat membawa peralatan dan bahan yang telah mereka siapkan dan sepakati pembagiannya bersama teman- teman sekelompoknya.

em.... tak perlu menunggu lama .... goreng- goreng masak- masak tumis- tumis..... akhirnya makana pun siap disantap, ini dia makanan yang telah kami buat :

1. Sandwich isi rogut
2. Internet
3. Fu yung hai + Nasi Goreng
4. Nasi Goreng + Sea food

Pokoknya banyak dan Mak..... Nyusssss..... bin Ajibbb....... ...............
(halah kebanyakan b-nya. kita








Monday, December 03, 2007