Lensa Darbi

Tuesday, February 19, 2008

Pernahkah membayangkan 20 juta bangsa Indonesia di Internet 2-3 tahun mendatang?

Onno W. Purbo

Pada hari ini perkiraan jumlah pengguna Internet Indonesia sekitar 1,5 juta orang. Sebuah jumlah yang kecil di bandingkan dengan perkiraan total populasi bangsa Indonesia yang 220 juta manusia. Barangkali mirip sebuah khayalan membayangkan 10% - 20 juta bangsa Indonesia di Internet dalam waktu 2-3 tahun mendatang. Sebuah percepatan yang mendekati 1000% per tahun, mungkin bukan sebuah angka yang dengan mudah dicapai – paling tidak jika mencapai setengah dari target yang diharapkan maka bukan mustahil kehidupan dunia cyber di Indonesia akan semakin menarik. Sayangnya saya sampai sekarang tidak pernah melihat visi / targetan yang sesolid ini baik dari team koordinasi telematika indonesia yang dipimpin oleh mba Mega maupun dalam kerangka teknologi informasi BAPPENAS.

Untuk memperoleh jumlah massa yang besar maka secara logika sederhana fokus harus diberikan untuk memprioritaskan konsentrasi massa yang cukup besar untuk dapat di kaitkan secara mudah ke Internet. Pusat massa dunia informasi & pengetahuan yang terkait ke Internet secara instink tidak sulit untuk di identifikasi; mereka umumnya berada di:

• Pusat usaha / perdagangan / perkantoran – biasanya sudah teridentifikasi dengan adanya wartel-wartel di sekitar-nya.
• Lembaga Pendidikan.

Mengapa pusat massa ini yang kita pilih? Secara naruliah, segala sesuatu yang di pakai bersama seperti wartel & warnet akan memungkinkan akses dengan biaya murah bagi banyak orang tanpa perlu orang tersebut melakukan investasi yang cukup mahal perupa peralatan telepon, fax, komputer dll dan membayar abodemen. Bahkan bukan musatahil sebetulnya jika konsep sharing resources reducing cost ini di sosialisasikan sebetulnya biaya yang dibutuhkan untuk mengakses dunia informasi baik itu internet maupun telepon lokal, SLJJ & SLI sebetulnya hanya membutuhkan biaya Rp. 20-40.000 / bulan / orang untuk melakukan komunikasi sepuas-puasnya selama 24 jam / hari tanpa henti. Teknologi Internet sebetulnya sebuah teknologi sosialis & gotong royong yang pada akhirnya memungkinkan akses yang murah bagi banyak orang secara swadana & swadaya tanpa perlu berhutang kepada Bank Dunia, IMF, ADB sehingga tidak perlu menyusahkan anak cucu dikemudian hari.

Bagaimana mungkin 20 juta orang Indonesia terkait ke Internet? Mari kita beberapa pusat massa yang saya pikir akan sangat potensial. Jika kita lihat kondisi hari ini maka jumlah wartel ada 150.000 wartel dengan potensial anggota Internet melalui wartel 3-6 juta orang; warnet 1000+ & berkembang sangat pesat dengan potensial jumlah anggota 200-400.000 orang; lembaga pendidikan tinggi 1300 buah dengan potensial pengguna 3-5 juta orang bahkan mungkin lebih; sekolah menengah kejuruan (SMK) 4000 sekolah dengan potensi jumlah pengguna 3-4 juta orang dan sekolah menengah umum (SMU) sekitar 10.000 buah dengan potensi jumlah pengguna 5-7 juta orang. Jika kita jumlahkan massa yang berada di pusat konsentrasi massa ini maka angka 20 juta orang bukanlah angka yang mustahil.

Berapa biaya yang mereka butuhkan untuk mengkaitkan diri ke Internet? Saya coba ambil beberapa contoh – di Universitas Parahyangan (UNPAR) Bandung perkiraan biaya per mahasiswa adalah Rp. 5000 / bulan / mahasiswa (bukan jam). Di SMKN 1 Ciamis bahkan lebih ekstrim yaitu Rp. 1000 / bulan / siswa untuk e-mail. Jadi perhitungan kasar Rp. 20-40.000 / bulan / orang adalah angka yang sangat feasible untuk akses Internet.

No comments: