Lensa Darbi

Thursday, May 10, 2007

Ledakan Dahsyat Sang Bintang Raksasa


Ukuran supernova itu diperkirakan 150 kali lebih besar dari Bumi.
Perlu waktu yang maha panjang bagi cahaya itu untuk sampai ke bumi. Perlu jarak ratusan triliun kilometer bagi sang cahaya untuk menjelajah jagat raya hingga dapat terlacak dari bumi. Namun, peristiwa ledakan maha dahsyat yang terjadi pada bintang raksasa yang berjarak 240 juta tahun cahaya itu akhirnya bisa ditangkap dari Bumi.
Bintang raksasa yang ukurannya diperkirakan 150 kali lebih besar dari matahari kita itu memang telah tercabik-cabik akibat ledakan yang ditimbulkannya. Ledakan yang diyakini para astronom adalah yang paling kuat dan paling bersinar dari semua ledakan supernova yang pernah terpantau. Bahkan, para saintis dari Lembaga Antariksa AS (NASA) berani memastikan bahwa ledakan bintang itu lima kali lebih bersinar dari semua Supernova yang pernah ada. ''Dari semua ledakan bintang yang pernah diamati, ini adalah 'rajanya','' ungkap Alex Filippenko, salah seorang peneliti dari NASA, Senin (7/5).
Para ilmuwan bahkan tak memedulikan adanya kemungkinan lain dari peristiwa besar di jagad raya itu. Penjelasan yang juga dianggap masuk akal adalah ledakan itu sesungguhnya berasal dari satu bintang kecil putih yang berada sedikit lebih jauh dari matahari. Namun, dari apa yang mereka saksikan, para saintis yakin bahwa ledakan itu berasal dari bintang yang berukuran maha besar.
Nathan Smith dari University of California di Berkeley dan University of Texas di Austin yang memimpin penelitian tersebut menyatakan bahwa ledakan itu 'benar-benar sangat luar biasa'. ''Seratus kali lebih besar energinya dibandingkan ledakan supernova khas lainnya. Kita belum pernah melihat ini sebelumnya,'' ungkapnya.
Sesungguhnya, sang bintang berada di sebuah galaksi yang posisinya relatif 'dekat' dengan galaksi Bima Sakti, tempat bumi kita berada. ''Sepertinya posisi bintang itu sangat jauh. Tapi, sesungguhnya sangat dekat dalam konteks alam semesta yang sangat luas ini,'' Nathan Smith.
Ledakan itu sebenarnya terjadi sudah sangat lama, namun baru terpantau dari bumi pada November 2006 lalu. Jaraknya yang 240 juta cahaya membuat peristiwa luar biasa itu baru saja bisa diamati dari Bumi. Dan, selama 70 hari ke depan, kilauan ledakan itu masih bisa diamati dari Bumi. ''Pada kenyataannya, bahkan setelah masa setahun itu, setelah lewat 200 hari, supernova tersebut memang agak memudar. Tapi, masih tetap bersinar seperti lazimnya sebuah supervona,'' kata Smith.
Para saintis sepakat memberi nama Supernova yang berada di galaksi yang bernama NGC 1260 itu sebagai SN 2006gy. Supernova SN 2006gy berhasil diamati dari Chandra X-ray Observatory milik NASA serta teleskop optik yang mengarah ke Bumi. Yang menarik, diduga ada satu bintang serupa SN 2006gy yang menetap di galaksi Bima Sakti kita. Tak mustahil, kelak, bintang itu juga akan mengalami ledakan yang luar biasa seperti halnya SN 2006gy.
Ledakan spektakuler dari suatu bintang raksasa sesungguhnya menandai terjadinya 'kematian' sang supernova. Peristiwa itu berperan penting dalam penciptaan anasir berat melalui sintesis dan fusi nuklir. Kemudian, peristiwa itu mendorong hasil ledakan 'berkeliaran' di ruang angkasa sehingga memenuhi kosmos dengan logam.
Eta CarinaeMario Livio, seorang astrofisikawan dari Space Telescope Science Institute di Baltimore mengatakan, mungkin saja mekanisme ledakan yang terjadi pada supernova itu diperhitungkan dalam kalkulasi teroritis. Ia mengatakan, bisa saja generasi bintang pertama di alam semesta telah punah dengan cara semacam itu.
Secara teori dapat dijelaskan bahwa ledakan yang terjadi pada supernova terjadi ketika inti dari sang bintang raksasa 'jatuh'. Kemudian, membentuk suatu lubang hitam dan terhempas ke antariksa. Namun, yang mereka amati dari SN 2006gy tampak berbeda. Supernova tersebut tampaknya merupakan hasil dari inti yang tidak 'jatuh' atau membentuk lubang hitam tadi. Yang menarik adalah pernyataan Dave Pooley dari University of California di Berkeley. Dia mengatakan bahwa apa yang diamati pada bintang SN 2006gy tampak serupa dengan Eta Carinae, satu bintang yang memiliki berat 100 sampai 120 kali massa matahari dan berada pada jarak 7.500 tahun cahaya di dalam galaksi Bima Sakti.
Eta Carinae adalah bintang tak stabil yang kini melepaskan radiasi sekitar 5 juta kali lebih besar dari matahari. Para saintis memperkirakan, ledakan luar biasa yang terjadi pada SN 2006gy juga bisa terjadi pada Eta Carinae. Jika saja Eta Carinae meledak maka bisa jadi itu menjadi 'pertunjukkan' ledakan bintang yang terbesar sepanjang sejarah jika dilihat dari bumi. Bayangkan saja, letaknya yang 'hanya' 7.500 tahun cahaya dari bumi bisa menjamin peristiwa itu terpantau demikian jelas dari bumi.
Dave Pooley dari University of California di Berkeley, menyatakan bahwa ledakan Eta Carinae akan memunculkan sinar yang teramat terang. ''Sehingga Anda dapat melihatnya selama siang hari dan Anda bahkan dapat membaca buku di bawah sinarnya pada malam hari,'' ungkapnya. Livio menyatakan bintang tersebut dapat meledak kapan saja. ''Ini dapat terjadi besok atau mungkin 1.000 tahun dari sekarang,'' kata Livio.
Lalu bagaimana dengan kehidupan di bumi jika ledakan itu benar-benar terjadi. ''Apakah ada risiko hidup di Bumi akibat ledakan ini? Tidak juga,'' katanya.
Livio mengatakan Bumi dapat terpengaruh kalau ada pancaran sinar gamma yang berpotensi membahayakan atmosfir dan kehidupan. Tapi, dirinya yakin bahwa peluang terjadinya peristiwa itu yang mengarah langsung ke Bumi tidak akan terjadi.
Iktisar:- Ledakan itu sebenarnya terjadi sudah sangat lama, namun baru terpantau dari bumi pada November 2006 lalu.- Para saintis sepakat memberi nama Supernova yang berada di galaksi yang bernama NGC 1260 itu sebagai SN 2006gy.( afp/ap/mag )

No comments: