Lensa Darbi

Tuesday, March 29, 2011

Tentang Nasyid

Nasyid
Nasyid merupakan sebuah aplikasi seni yang mengandung nilai lebih daripada seni musik biasa, karena nasyid membawa dakwah islam. Untuk alirannya sendiri, nasyid berkembang seiring dengan perkembangan warna musik ditempat dimana nasyid itu berada.

Sehingga, warna aliran dalam nasyid saat ini berbagai macam. Mulai dari yang murni "acappella" hingga "Full Instrument".  Namun, ada beberapa komunitas yang tidak memilih untuk menggunakan alat musik modern, dikarenakan banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali Perkusi.


Sejarah Nasyid
Sejak zaman Rasulullah SAW nasyid telah ada. Biasanya tentara-tentara Islam melantunkan nasyid sebelum berangkat perang, yang bertujuan untuk meningkatkan semangat perang para mujjahid. Selain itu, Syair thola'al badru 'alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah kami) yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qosidah dan majelis ta'lim, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Kemudian nasyid pun mulai berkembang sesuai dengan kondisi dunia, terbukti dengan perkembangan nasyid di timur tengah yang lebih bermakna tentang jihad dan perlawanan terhadap imperialisme Israel pada saat itu.

Nasyid di Indonesia
Di Indonesia sendiri nasyid mulai merambah sekitar tahun 80-an yang dimulai oleh aktivis-aktivis Islami yang berada di kampus-kampus. Aliran nasyid yang dilantunkan pada umumnya adalah lagu-lagu yang berbahasa arab, dan terus berkembang dengan munculnya munsyid-munsyid kreatif yang membuat nasyid memiliki warna musik yang beragam.

Sampai saat tulisan ini dibuat, tema lagu yang dikandung dalam nasyid di Indonesia tidak hanya berisi tentang jihad, tetapi banyak juga yang bertema walimahan, cinta kepada makhluk, keimanan dan banyak lagi.

Nasyid dan Industri Musik
Namun, perkembangan nasyid didunia industri musik belum begitu berarti. Karena sampai saat tulisan ini dibuat, nasyid masih menjadi konsumsi komunitas tertentu saja.
Proses produksi yang memakan biaya tinggi tidak sebanding dengan keuntungan seperti lagu-lagu pada umumnya. Kondisi ini yang menjadi tantangan kepada para seniman-seniman nasyid untuk mencari celah agar lagu-lagu dakwahnya dapat tersebar luas dimasyarakat.

Penghasilan dari Industri musik nasyid sendiri masih didominasi dari show-shownya dari panggung ke panggung, sedangkan penjualan hasil karya nasyid dipasaran masih terbilang kecil. Tidak seperti lagu-lagu umum yang besar di penjualan, nada sambung dan lain-lain.

Sangat disayangkan, lagu-lagu yang bergumam ditelinga masyarakat Indonesia saat ini adalah lagu-lagu yang lebih mementingkan cinta kepada dunia. Secara otomatis, apa yang terngiang dari telinga itu sedikit demi sedikit meresap dipikiran hingga mewarnai hati. Ketika hati telah termotivasi oleh cinta kepada dunia, maka arah dari kehidupan masyarakatpun semakin merosot karena motivasi iman yang semakin tergantikan oleh motivasi dunia. Untuk itulah, nasyid atau tidak, itu akan berpengaruh pada motivasi setiap individu yang mengkonsumsi seni.

Sehingga nasyidpun dituntut untuk menjadi semakin kreatif membentuk warna musik yang semakin fleksibel dengan ketertarikan masyarakat. Jadi, Ayo...!!!! Munsyid dan Munsyidah Indonesia, kita berkreasi lebih baik untuk menggumamkan dakwah di panca indra pendengar masyarakat Indonesia tercinta ini demi Indonesia yang Syurgawi.
(Awan Insight)

No comments: